Penyakit

Apa Itu Empty Sella Syndrome? Berikut Penjelasannya

Berita-sehat.com - Apa itu Empty Sella Syndrome? Mungkin banyak di antara kamu yang masih belum mengetahui penyakit langka yang satu ini. Penyakit ini terjadi ketika kelenjar pituitari dalam otak mengecil atau tertekan.

Penyakit ini bisa terjadi karena rongga tempat kelenjar pituitari terisi dengan cairan otak akibat kelainan sejak lahir. Kondisi ini juga bisa terjadi akibat tumor, cedera, atau pendarahan otak.

Kelenjar pituitari itu sendiri ialah organ kecil di bawah otak dan terlindung dalam rongga otak yang disebut sella turcica. Kelenjar ini berperan penting dalam menghasilkan hormon yang mengatur banyak fungsi organ tubuh, seperti hormon penghasil sperma dan sel telur serta hormon pertumbuhan (growth hormone).

Empty sella syndrome atau yang juga disebut arachnoidele kerap muncul tanpa gejala apapun. Meski demikian, penderitanya dapat mengalami banyak keluhan jika penyakit ini sampai mempengaruhi fungsi hormon dalam tubuh.

Salah satu artis tersohor tanah air, Ruben Onsu juga diketahui pernah terjangkin penyakit langka ini. Pada awal Juni 2022, suami Sarwendah itu sempat dilarikan ke ICU dan dirawat selama beberapa waktu.

Sebenarnya apa itu Empty Sella Syndrome? Yuk, simak ulasannya di bawah ini!

Apa itu Empty Sella Syndrome?

Empty sella syndrome atau sindrom sel kosong adalah kondisi di mana ruang kosong di dalam rongga di bawah otak (sell turcica) terisi dengan cairan serebrospinal dan menekan kelenjar pituitari di dalamnya. Hal ini dapat mengakibatkan berbagai gejala tergantung pada tingkat kerusakan pada kelenjar pituitari.

Sindrom sel kosong dapat terjadi akibat berbagai faktor, termasuk trauma kepala, operasi otak, infeksi, penggunaan obat-obatan tertentu, atau kondisi bawaan. Beberapa orang dengan sindrom sel kosong mungkin tidak mengalami gejala sama sekali, sementara yang lain mungkin mengalami gejala seperti sakit kepala, gangguan penglihatan, kelelahan, kurangnya nafsu makan, atau masalah endokrin seperti hipotiroidisme atau kekurangan hormon pertumbuhan.

Meskipun sindrom sel kosong dapat mengganggu kualitas hidup seseorang, namun tidak selalu memerlukan pengobatan. Pengobatan dapat diberikan jika gejala yang dialami signifikan dan terkait dengan masalah endokrin yang mendasar, seperti dengan memberikan suplemen hormon atau pengobatan untuk menurunkan tekanan intrakranial.

Bahaya Empty Sella Syndrome

Empty sella syndrome (ESS) umumnya tidak dianggap sebagai kondisi yang serius atau bahaya langsung bagi kehidupan seseorang. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, ESS dapat menyebabkan beberapa komplikasi yang berkaitan dengan fungsi hormonal, seperti masalah dengan produksi hormon hipofisis.

Jika kelenjar hipofisis terganggu akibat tekanan dari cairan serebrospinal di dalam rongga sella turcica, maka hal ini dapat menyebabkan gangguan hormonal seperti:

  • Hipotiroidisme: kurangnya produksi hormon tiroid yang dapat menyebabkan kelelahan, penurunan berat badan, depresi, dan kulit kering.
  • Gangguan adrenal: produksi kortisol dan aldosteron yang terganggu dapat menyebabkan kelemahan otot, tekanan darah rendah, dan masalah elektrolit.
  • Gangguan hormon seks: produksi hormon seksual yang berkurang dapat menyebabkan infertilitas, penurunan libido, dan osteoporosis.

Selain itu, ESS dapat menjadi faktor risiko bagi beberapa kondisi medis yang lebih serius seperti stroke atau penyakit jantung koroner. Hal ini mungkin terjadi karena ESS dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan mempengaruhi aliran darah di otak.

Meskipun demikian, risiko komplikasi serius akibat ESS relatif rendah dan dapat dikendalikan dengan pengobatan yang tepat. Oleh karena itu, penting bagi individu dengan ESS untuk berkonsultasi dengan dokter mereka dan menjalani perawatan yang diperlukan untuk mengelola kondisi mereka.

Penyebab ESS

Penyebab pasti dari ESS masih belum diketahui dengan pasti. Namun, beberapa faktor yang dapat berkontribusi terhadap terjadinya ESS antara lain:

  1. Trauma kepala: Cedera kepala atau trauma kepala dapat menyebabkan pergeseran pada seluruh bagian otak dan membawa dampak pada rongga sella turcica yang menjadi tempat kelenjar pituitari berada.
  2. Radiasi: Terapi radiasi pada area kepala atau leher dapat mengakibatkan perubahan pada sel-sel di dalam rongga sella turcica dan mengurangi fungsi kelenjar pituitari.
  3. Operasi otak: Tindakan operasi otak di sekitar rongga sella turcica dapat merusak kelenjar pituitari dan menyebabkan pergeseran pada rongga sella.
  4. Infeksi: Beberapa jenis infeksi seperti meningitis dan abses otak dapat menyebabkan peradangan pada rongga sella turcica dan kelenjar pituitari.
  5. Kelainan bawaan: Meskipun jarang terjadi, namun beberapa individu memiliki ESS sejak lahir karena kelainan bawaan di rongga sella turcica atau struktur kelenjar pituitari yang abnormal.
  6. Penggunaan obat-obatan tertentu: Beberapa obat seperti steroid atau penghambat hormon dapat mempengaruhi produksi hormon di kelenjar pituitari dan menyebabkan ESS.

Faktor risiko lainnya yang dapat mempengaruhi terjadinya ESS adalah obesitas, hipertensi, dan perubahan hormon selama kehamilan. Namun, hubungan antara faktor-faktor ini dan ESS masih perlu diteliti lebih lanjut.

Gejala ESS

Gejala dari Empty Sella Syndrome dapat bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan dan penyebabnya. Beberapa orang dengan ESS mungkin tidak mengalami gejala sama sekali, sementara yang lain dapat mengalami gejala yang cukup mengganggu. Berikut adalah beberapa gejala yang mungkin terkait dengan ESS:

  • Sakit kepala: Beberapa orang dengan ESS mengalami sakit kepala, yang dapat berkisar dari ringan hingga berat. Sakit kepala ini dapat terjadi secara berkala atau kronis.
  • Masalah penglihatan: ESS dapat menyebabkan masalah penglihatan, seperti penglihatan kabur, penglihatan ganda, atau hilangnya penglihatan pada salah satu mata.
  • Masalah hormon: ESS dapat mempengaruhi produksi hormon di kelenjar pituitari dan menyebabkan masalah hormon. Ini dapat menyebabkan berbagai gejala, seperti kelelahan, penurunan berat badan, masalah dengan kesehatan seksual, dan masalah dengan siklus menstruasi pada wanita.
  • Nyeri kepala: ESS dapat menyebabkan nyeri kepala yang berhubungan dengan perubahan hormon di tubuh.
  • Masalah dengan nafsu makan: Beberapa orang dengan ESS mungkin mengalami kurangnya nafsu makan.
  • Gangguan tidur: ESS dapat menyebabkan gangguan tidur dan tidur yang tidak nyenyak.
  • Masalah pencernaan: Beberapa orang dengan ESS mungkin mengalami masalah pencernaan, seperti mual, muntah, atau diare.
  • Gejala neurologis: ESS dapat menyebabkan gejala neurologis seperti pusing, kelemahan otot, dan kejang.

Jika Anda mengalami gejala seperti yang dijelaskan di atas, segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.

Cara Mencegah Empty Sella Syndrome

Penyebab pasti dari Empty Sella Syndrome (ESS) tidak diketahui, tidak ada cara khusus untuk mencegahnya. Namun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan risiko terjadinya komplikasi ESS dan menjaga kesehatan kelenjar pituitari dan sistem endokrin Anda:

  1. Rajin menjalani pemeriksaan kesehatan: Lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin untuk mendeteksi adanya masalah kesehatan yang mungkin mempengaruhi fungsi kelenjar pituitari dan sistem endokrin.
  2. Hindari cedera kepala: Cedera kepala dapat merusak kelenjar pituitari dan memicu pergeseran pada rongga sella turcica. Oleh karena itu, hindari risiko cedera kepala yang tidak perlu, seperti mengendarai sepeda motor tanpa helm atau bermain olahraga yang dapat menyebabkan cedera kepala.
  3. Kelola penyakit kronis: Jika Anda memiliki kondisi medis kronis seperti diabetes, hipertensi, atau penyakit tiroid, pastikan untuk menjalani pengobatan dan perawatan yang tepat untuk mencegah komplikasi yang dapat mempengaruhi kesehatan kelenjar pituitari dan sistem endokrin.
  4. Hindari paparan radiasi berlebihan: Paparan radiasi berlebihan dapat merusak kelenjar pituitari dan memicu ESS. Hindari paparan radiasi yang tidak perlu dan pastikan untuk menjalani pengobatan radiasi hanya jika benar-benar diperlukan dan diawasi oleh dokter yang berpengalaman.
  5. Konsumsi makanan sehat: Makan makanan sehat dan seimbang dapat membantu menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan, termasuk kelenjar pituitari dan sistem endokrin. Pastikan untuk mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi dan menghindari makanan yang tinggi gula dan lemak jenuh.
  6. Istirahat yang cukup: Kekurangan tidur dan stres dapat mempengaruhi kesehatan kelenjar pituitari dan sistem endokrin. Pastikan untuk istirahat yang cukup dan mengelola stres dengan baik.

Namun, perlu diingat bahwa Empty Sella Syndrome dapat terjadi bahkan pada orang yang sehat secara umum. Oleh karena itu, selalu penting untuk menjaga kesehatan secara umum dan mengikuti anjuran dokter untuk memantau kondisi kesehatan Anda secara teratur.

Cara Mengobati Empty Sella Syndrome

Empty Sella Syndrome (ESS) adalah kondisi yang tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, namun pengobatan bertujuan untuk mengelola gejala yang muncul dan mencegah komplikasi. Berikut beberapa cara mengobati ESS:

  1. Terapi hormon: Jika ESS menyebabkan masalah hormonal seperti hipotiroidisme atau hipogonadisme, maka terapi hormon dapat direkomendasikan untuk menggantikan hormon yang hilang. Terapi hormon dapat dilakukan melalui penggunaan obat atau suntikan hormon.
  2. Pengobatan untuk mengendalikan tekanan darah: Jika ESS menyebabkan peningkatan tekanan di dalam tengkorak, dokter dapat merekomendasikan penggunaan obat tekanan darah untuk mengendalikan tekanan darah.
  3. Obat untuk mengatasi sakit kepala: Sakit kepala merupakan gejala yang sering terjadi pada ESS. Dokter dapat merekomendasikan obat untuk mengurangi frekuensi dan intensitas sakit kepala.
  4. Pengobatan untuk mengatasi gangguan penglihatan: Jika ESS menyebabkan masalah penglihatan seperti penglihatan kabur atau hilang, dokter dapat merekomendasikan pengobatan untuk mengatasi gangguan penglihatan tersebut.
  5. Operasi: Jika ESS menyebabkan tekanan di dalam rongga sella turcica yang meningkat, dokter dapat merekomendasikan operasi untuk mengurangi tekanan tersebut dan mencegah kerusakan pada kelenjar pituitari.

Namun, penting untuk diingat bahwa pengobatan Empty Sella Syndrome harus disesuaikan dengan kondisi dan gejala yang dialami oleh masing-masing pasien. Oleh karena itu, konsultasikanlah dengan dokter spesialis endokrinologi untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan Anda.

Itulah tadi penjelasan tentang Empty Sella Syndrome serta penyebabnya. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.

Bagikan Halaman ini